STRUKTUR DAN FUNGSI MITOKONDRIA
DISUSUN OLEH :
1.
Cinto Wulandari (146510652)
2.
Fitria ningsih (146510824)
3.
Tri nurdiana (146511179)
4.
Yusuf romadhon (146510991)
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2015
KATA PENGANTAR
Puji
syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan syafaat dan
karuniaNya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah Biologi
Sel dengan judul “STRUKTUR DAN FUNGSI MITOKONDRIA” dengan baik. Penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Biologi Sel yang telah membimbing dalam
pembelajaran mata kuliah Biologi Sel.
Dari hasil penyusunan
makalah ini, penulis berharap agar dapat menambah wawasan tentang Struktur dan
Fungsi Mitokondria serta diharapkan baik penulis maupun pembaca dapat bmemahami.
Semoga makalah ini dapat dimengerti atau dipahami oleh setiap pembaca sehingga
dapat bermanfaat bagi pembaca dan juga bagi penulis. Penulis memohon maaf jika
terdapat kekurangan dalam hasil penyusunan makalah. Karena manusia tak jauh
dari sifat dan sikap salah. Kritik dan saran penulis harapkan agar dapat
menjadi koreksi agar lebih baik dalam penulisan selanjutnya.
Pekanbaru,
26 Oktober 2015
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Mitokondria adalah organel tempat berlangsungnya fungsi respirasi
sel
makhluk
hidup, memproduksi
energi dalam bentuk ATP dan fungsi selular lain, seperti metabolisme
asam
lemak, biosintesis
pirimidin, homeostasis
kalsium, transduksi sinyal selular dan penghasil energi berupa adenosina trifosfat pada lintasan katabolisme.
Mitokondria pertama-tama ditemukan sekitar
tahun 1850 oleh Kollicker. Kollicker berkesimpulan bahwa granula yang
ditemukannya adalah struktur bebas dan tidak langsung berhubungan dengan
struktur sitoplasma lainnya. Beliau mengenalkan dengan istilah Mitokondrion (Yunani : Mito = Benang, Chondrion
= Granula) untuk granula ini, karena kenampakan granula ini menyerupai benang
yang dilihat dengan mikroskop cahaya. (Reksoatmodjo,1993 : 154)
Semua mitokondria terdiri atas sistem dua
lapis membran, ialah membran luar dan membran dalam. Membrane dalam mengalami
invaginasi masuk matriks mitokondria. Kedua membrane tersebut membentuk
kesatuan struktur membrane, meskipun masih ada yang meragukan akan kesatuan
ini. Permukaan dalam dari membrane dalam memiliki tonjolan kea rah matriks
organela, pada ujungnya berbentuk seperti knop dengan tangkap dibagian
bawahnya. (Djohar,1983 : 43)
A. Penemuan
Menurut Verma dan Agarwal (1979:160), pada
tahun 1880 Kolliker pertama-tama mengamati mitokondria pada sel otot insekta.
Waktu itu mitokondria dikemukakan sebagai granula bermembran, yang membengkak
bila direndam dalam air. Pada tahun 1882 oleh Flemming benda itu dinamakan
fila. Lebih lanjut Altmann pada tahun 1890 melakukan pengamatan secara
sistematik terhadap benda itu, dan menamakannya bioblas. Sedangkan nama
mitokondria dianjurkan oleh Ali zarin dan Crystal violet. Michselis pada tahun
1900, merupakan orang pertama yang mewarnai mitokondria dengan janus green.
Pada tahun 1914 Lewis dan Lewis mampu mendemonstrasikan aktivitas metabolic
mitokondria pada kultur sel. Pada tahun 1948, Hogeboon menunjukan bahwa
mitokondria sebagai tempat respirasi selular. Pada tahun 1956 sampai 1957
Chevremont menduga didalam mitokondria terdapat DNA. Sedangkan pada tahun 1963
Nass benar benar dapat membuktikan bahwa didalam mitokondria terdapat molekul
DNA. Nama-nama yang diberikan untuk organel mitokondria ini adalah Granula fuch
sinophillic, benda atau badan parabasal, plasmosoma, plastosoma, fila, vermiccles, bioblas, dan kondriosoma.
(Djohar, 1983 : 43)
Ukuran dan bentuk mitokondria, seperti halnya
jumlahnya di dalam sel, bervariasi menurut jaringannya dan menurut keadaan
fisiologi sel. Kebanyakan mitokondria berbentuk jorong, dengan diameter antara
0,5 dan 1,0 µm dan panjang sampai 7 µm. biasanya, makin sedikit jumlah
mitokondria dalam suatu sel, mkin besar ukuran organela tersebut. Pada banyak
mikrograf electron, mitokondria kelihatan berbentuk halter atau raket. Bentuk
semacam ini mungkin menunjukan proses pembelahannya, jadi mitokondria mengadakan
proliferasi.
B. Bentuk-bentuk Mitokondria
Mitokondria
dijumpai baik pada sel hewan maupun padasel tumbuhan. Ukuran mitokondria
kira-kira sama dengan ukuran rata-rata bakteri basil. Mitokondria hati secara umum agak memanjang dengan diameter kira-kira 0,5-1,0µm
dan panjang kira-kira 3µm.
Umumnya panjang mitokondria dapat mencapai 7µm.
Di dalam sel mitokondria terletak secara acak
seperti pada hati atau tersusun teratur dengan pola-pola tertentu seperti pada
sel sperma. Contoh yang paling umum adalah susunan yang teratur dari
mitokondria diantara serabut-serabut di dalam otot lurik. Mitokondria umumnya ditemukan pada tempat-tempat
di dalam sel yang membutuhkan energi dalam jumlah yang besar, misalnya
pada otot lurik dan flagel sperma.
Jumlah
mitokondria per sel sangat bervariasi diantara berbagai tipe sel, mulai dari nol sampai ratusan
ribu. Algae tak berwarna,
Leucothrix dan Vitreoscilla, tidak memiliki mitokondria. Spermatozoa tertentu dan flagella
seperti Chromulina hanya mengandung satu mitokondria per sel. Hati
memiliki mitokondria rata-rata 800 per sel dan beberapa telur landak laut dan amoeba raksasa Chaos
chaos mengandung 500.000 mitokondria per sel. Dalam
beberapa hal, tampaknya terdapat hubungan antara jumlah mitokondria per sel dan keperluan metabolisme sel.
Struktur morfologi
mitokondria yang paling bervariasi adalah krista. Dalam satu tipe sel, mereka
pada umumnya uniform dan khas pada sel. Akan tetapi, susunan dari bentuk-bentuk yang berbeda terdapat dalam tipe-tipe sel yang berbeda.
Umumnya mitokondria memiliki krista yang berbentuk lamella atau tubuler.
Pada bentuk
lamella, krista relatif sejajar dan teratur, sedang pada krista yang berbentuk tubular memperlihatkan
tubulus-tubulus yang terorientasi pada matriks. Pada beberapa mitokondria, susunan
tubulusnya teratur,misalnya pada Amoeba Chaos chaos.
Menurut Sheeler & Bianchi (1983),
struktur mitokondria dapat dikelompokkan menjadi tiga, antara lain:
1. Krista susunannya menyerupai lembaran
misalnya krista pada mitokondria sel hati.
2. Krista dengan susunan yang sangat rapat
menyerupai tumpukan uang logam misalnya pada mitokondria sel ginjal.
3. Krista dengan susunan seperti jala yang
dibentuk oleh saluran-saluran yang saling beranastomosis.
Gambar : Struktur krista mitokondria (Sheler dan Bianchii,1983)
|
C. Sifat-sifat Umum Mitokondria
1. Distribusi (lokalisasi)
Mitokondria dalam sitoplasma pada umumnya
tersebar merata. Pada sel-sel tertentu distribusi mitokondria bersifat khusus
misalnya ada sel tubulus renalis berkedudukan dekat dengan lipatan membran,
diduga erat hubunganya dengan suplai energi untuk transport aktif. Berarti
mitokondria dalam sel dapat bergerak bebas dalam sitoplasma atau menetap
dibagian tertentu dari sel. Pada waktu mitosis mitokondria berkumpul di dekat
benang sepindel, dan menjelang pembelahan sel menyebar rata pada dua sel
anaknya. Konsentrasi mitokondria ini mungkin di sekitar inti, mungkin juga di
tepi membran plasma.
2. Orientasi
Mitokondria mempunyai orientasi tertentu.
Menurut verma dan Agarwal (1979: 162) Orientasi mitokondria tergantung pada
sifat matriks sitoplasma, sistem vakuolar, dan arah aliran difusi sel. Misalnya
pada sel leukosit, mitokondria tersusun radiar mengelilingi sentriol.
3. Morfologi
Jumlah mitokondria dalam sel tergantung pada
tipe dan derajat fungional sel, berfariasi antara sel dan antara spesies. Sel
tumbuhan hijau mengandung mitokondria lebih sedikit dari pada sel hewan, karena
fungsinya digantikan oleh kloroplas. Bentuk mitokondria pada umunya berupa
filamen atau granular. Bentuk modifikasi mungkin juga dapat terjadi, misalnya
bentuk tongkat, raket, vesikular, cincin atau bulat. Ukuran mitokondria
bervariasi antar sel. Pada kebanyakan sel, lebar mitokondria relatif konstan
sebesar sekitar 0,5 mu, dan panjangnya sangat berfariasi paling panjang
mencapai 7 mu. Diameter mitokondria berkisar antara 0,2 sampai 2 u, panjang
berkisar 0,3 -0,4 u. (Djohar,1983 : 43-44)
1.2
Tujuan
1.
Mengetahui Fungsi Mitokondria
2.
Mengetahui Struktur Mitokondria
BAB II
ISI
2.1
Struktur Ultra Mitokondria
Struktur mitokondria terdiri dari empat
bagian utama, yaitu membran luar, membran dalam, ruang antar membran, dan
matriks yang terletak di bagian dalam membran.
1.
Membran luar
Membran luar bersifat permeabel bagi sejumlah besar bahan
yang mempunyai berat molekul sampai kira-kira 5000 dalton. Membran luar
mengandung protein transport yang disebut porin. Porin membentuk saluran yang
berukuran relative lebih besar di lapisan ganda lipid membrane luar; sehingga
membrane luar dapat dianggap sebagai saringan yang memungkinkan ion maupun
moekul berukuran 5 kDa atau kurang, termasuk protein berukuran kecil.
2.
Membran dalam
Membran dalam dan
matriks mitokondria terkait erat dengan aktivitas utama mitokondria yaitu
terlihat dalam siklus asam trikarboksilat, oksidasi lemak dan pembentukan
energi. Rantai respirasi terdapat dalam membran dalam ini. Membran dalam dari
selimut mitokondria sangat berbelit-belit meruak ke bagian dalam matriks dengan
pola seperti tabung atau dengan polar lir lembaran di berbagai tempat, yang
disebut krista.
Membran dalam yang
kurang permeabel dibandingkan membran luar terdiri dari 20% lipid dan 80%
protein. Membran ini merupakan tempat utama pembentukan ATP. Luas permukaan ini
meningkat sangat tinggi diakibatkan banyaknya lipatan yang menonjol ke dalam
matriks, disebut krista. Stuktur krista ini meningkatkan luas permukaan membran
dalam sehingga meningkatkan kemampuannya dalam memproduksi ATP. Membran dalam
mengandung protein yang terlibat dalam reaksi fosforilasi oksidatif, ATP
sintase yang berfungsi membentuk ATP pada matriks mitokondria, serta protein
transpor yang mengatur keluar masuknya metabolit dari matriks melewati membran
dalam. Membran dalam tidak berhubungan dengan membran luar. Membran dalam
membagi organel menjadi dua bagian yaitu matriks dan ruang antar membran.
3.Ruang
antar membran
Ruang antar membran adalah ruang yang berada
di antara membran luar dan membran dalam mitokondria. Ruang ini mengandung
sekitar 6% dari total protein mitokondria dan berbagai enzim yang bekerja
menggunakan ATP (adenosine triphosphate) yang tengah melewati ruang tersebut
untuk memfosforilasi nukleotida.
Ruang antar membran yang terletak di antara membran
luar dan membran dalam merupakan tempat berlangsungnya reaksi-reaksi yang
penting bagi sel, seperti siklus Krebs, reaksi oksidasi asam amino, dan reaksi
β-oksidasi asam lemak. Di dalam matriks mitokondria juga terdapat materi
genetik, yang dikenal dengan DNA mitkondria (mtDNA), ribosom, ATP, ADP, fosfat
inorganik serta ion-ion seperti magnesium, kalsium dan kalium.
·
Krista
Krista mitokondria adalah lipatan membran dalam
mitokondria yang memberikan peningkatan luas permukaan. Hal ini memungkinkan
ruang yang lebih besar untuk proses yang terjadi melintasi membran ini. Proses
ini adalah rantai transpor elektron dan kemiosmosis, yang membantu menghasilkan
ATP dalam langkah-langkah akhir dari respirasi selular.
· Matriks
Matriks mitokondria juga mengandung ribosom dan ADN.
Molekul ADN bentuknya kecil dan melingkar, tidak banyak bersenyawa dengan
protein, sedangkan ribosomnya sejenis dengan yang terdapat pada bakteri.
Kemiripan ADN dan ribosom mitokondria dengan yang terdapat pada sel-sel
prokaryotik menimbulkan teori bahwa dalam evolusinya, mitokondria merupakan
keturunan baktei yang mula-mula hidup bebas, kemudian masuk ke dalam sel
eukaryotik dan menetap di situ sebagai endosimbion. Sistem kode yang masih ada
pada ADN mitokondria berfungsi untuk menghasilkan beberapa enzim dan protein
yang terdapat di dalam organela tersebut.
2.2
Mitokondria sebagai Organel Semi Otonom
Peranan mDNA dalam mitokondria sama dengan peranan DNA
dari sel eukariotik yang menghasilkan rRNA, tRNA, dan mRNA. Selanjutnya,
ditranslasi menjadi protein.Walaupun peranannya sama, tetapi produksinya tidak
sama.Mitokondria merupakan organel semi otonom. Dalam hal ini, terjadi hubungan
fungsional antara inti danmitokondria
Hubungan
fungsional antara inti dengan mitokondria (Thorpe,1984)
|
Mekanisme
transkripsi dan translasi pada mitokondria tergantung pada genetik inti.
Bahan-bahan tertentu seperti rRNA, tRNA, dan mRNA, tidak tergantung pada inti.
Protein -protein tertentu yang ditentukan oleh inti misalnya protein ribosom,
RNA polimerase, DNA polimerase, tRNA-aminoasil sintetase, dan faktor-faktor
sintesis protein. Dari gambaran diatas, jelas bahwa untuk aktivitas
mitokondria, beberapa kebutuhannya masih tergantung pada inti. Namun beberapa kebutuhan
yang lain tidak tergantung pada inti. Oleh sebab itu, mitokondria dianggap
sebagai organel semiotonom.
1.Komposisi Kimia Mitokondria
Pada mitokondria utuh, air merupakan komponen utama yang
dominan dan ditemukan di seluruh mitokondria kecuali dalam lapisan bilayer
lipida. Air selain berperan dalam reaksi-reaksi kimia, juga berperan sebagai
medium fisik dimana metabolit dapat berdifusi diantara sistim-sistim enzim. Komponen
utama mitokondria adalah protein. Persentase protein yang sebenarnya berkaitan
dengan jumlah membran dalam yang ada. Membran dalam terdiri atas protein, baik
protein enzimatik maupun protein struktural. Pada beberapa mitokondria, membran dalam mengandung kira-kira60%
dari total protein organel. Berdasarkan distribusi enzim didalam mitokondria
hati tikus, telah terbukti bahwa membran dalam mengandung 21% dari total
protein mitokondria dan membran luar 40%. Menurut perhitungan ini, kurang lebih
67% protein terdapat pada matriks dan biasanya ditemukan dalam ruang
intraseluler.
Protein mitokondria dapat dikelompokkan menjadi dua bentuk,
yaitu bentuk terlarut dan bentuk tidak terlarut. Protein terlarut terutama
terdiri atas enzim-enzim matriks dan protein perifer membran atau protein intrinsik membran tertentu.
Protein tidak terlarut biasanya menjadi bagian integral membran. Beberapa dari
protein ini merupakan protein struktural serta beberapa protein enzim.
Komposisi lipida mitokondria tergantung dari sumber mitokondrianya.
Namun demikian, fosfolipida merupakan bentukyang dominan. Umumnya fosfolipida
terdiri dari ¾ dari total lipida. Perbedaan distribusi lipida
memiliki arti penting, baik darisegi struktural maupun fungsional. Namun secara
detail belum jelas. Sejumlah molekul organik sederhana yang berbeda berasosiasi dengan membran mitokondria. Beberapa
dari molekul ini adalah molekul
redoks yang ikut serta dalam transpor elektron. Ubiquinon (koenzim Q), flavin (FMN dan FAD), dan nukleotida piridin (NAD+) secara normal
terikat membran, dan kadang-kadang berasosiasi pada hampir sebagian besar
membran dalam.
Mitokondria memiliki DNA tersendiri, yang dikenal
sebagai mtDNA. MtDNA berpilin ganda, sirkular, dan
tidak terlindungi membran (prokariotik). Karena memiliki ciri seperti
DNA bakteri, berkembang teori yang cukup luas dianut, yang menyatakan
bahwa mitokondria dulunya merupakan makhluk hidup independen yang kemudian
bersimbiosis dengan organisme eukariotik. Teori ini dikenal dengan teori
endosimbion. Pada makhluk tingkat tinggi, DNA mitokondria yang diturunkan
kepada anaknya hanya berasal dari betinanya saja (mitokondria sel telur). Mitokondria
jantan tidak ikut masuk ke dalam sel telur karena letaknya yang berada di ekor
sperma. Ekor sperma tidak ikut masuk ke dalam sel telur sehingga DNA
mitokondria jantan tidak diturunkan.
2.Membran Dalam
Terdiri dari 20% lipid dan 80% protein yang terlibat dalam reaksi
fosforilasi oksidatif, ATP sintase yang berfungsi membentuk ATP pada matriks
mitokondria, serta protein transpor yang mengatur keluar masuknya metabolit
dari matriks melewati membran dalam. Membran
dalam ini mengandung 5 kelompok protein integral membran yaitu NADH
dehidrogenase, suksinat dehidrogenase, sitokrom c reduktase (juga dikenal
sebagai sitokrom b-c1), sitokrom c oksidase dan ATP sintase.
Membran dalam lebih kompleks
dalam struktur daripada membran luar karena mengandung kompleks dari rantai
transpor elektron dan kompleks sintetase ATP. Ini permeabel hanya untuk
oksigen, karbon dioksida dan air. Ini terdiri dari sejumlah besar protein yang
memainkan peran penting dalam memproduksi ATP, dan juga membantu dalam mengatur
transfer metabolit melintasi membran. Membran dalam memiliki infoldings disebut
krista yang meningkatkan luas permukaan untuk kompleks dan protein yang
membantu dalam produksi ATP, molekul yang kaya energi.
Membran dalam
|
Membran luar
|
Agak tebal (6,0-8,0 nm)
|
Sekitar (6,0 nm)
|
Memiliki area permukaan
yang lebih besar karena memiliki lipatan yang memanjang ke dalam matriks.
|
Memiliki area permukaan yang sedang
|
Jauh lebih kaya protein
|
Kaya cardiolipid
|
Mengandung cukup fosfolipid
|
Mengandung fosfolipid
tiga atau empat kali lebih banyak
|
Kurang permeabel
terhadap berbagai subtansi
|
Permeabel terhadap
berbagai subtansi
|
Ruang antar
membran yang terletak di antara membran luar dan membran dalam merupakan tempat
berlangsungnya reaksi-reaksi yang penting bagi sel, seperti siklus Krebs,
reaksi oksidasi asam amino, dan reaksi β-oksidasi asam lemak.
3.Membran luar:
·
Membran luar terdiri dari protein dan lipid dengan
perbandingan yang sama serta mengandung protein porin yang menyebabkan membran
ini bersifat permeabel terhadap molekul-molekul kecil.
·
Membran luar juga mengandung enzim yang terlibat
dalam biosintesis lipid dan enzim yang berperan dalam proses transpor lipid ke
matriks untuk menjalani β-oksidasi menghasilkan asetil-KoA.
·
Matriks
mitokondria: Di dalam matriks mitokondria juga terdapat materi genetik, yang dikenal
dengan DNA mitkondria (mtDNA), ribosom, ATP, ADP, fosfat inorganik serta
ion-ion seperti magnesium, kalsium dan kalium. Matriks
mitokondria mengandung enzim terutama larut. Komponen lain dari matriks ini
adalah ribosom dan DNA. Matriks merupakan campuran kompleks
enzim yang penting untuk sintesis molekul ATP, ribosom mitokondria khusus, tRNA
dan DNA mitokondria. Selain itu, ia memiliki oksigen, karbon dioksida dan daur
ulang intermediet lainnya. Isi dari matriks mitokondria
yang kental di alam. Ini tidak seperti sitoplasma sel yang menggabungkan isi
dalam keadaan cair. Dari total protein mitokondria, 60-70% hadir dalam matriks.
·
DNA Mitokondria
Siklus hidup mitokondria: Mitokondria
dapat melakukan replikasi secara mandiri (self replicating) seperti sel
bakteri. Replikasi terjadi apabila mitokondria ini menjadi terlalu besar
sehingga melakukan pemecahan (fission). Pada awalnya sebelum mitokondria
bereplikasi, terlebih dahulu dilakukan replikasi DNA mitokondria. Proses ini
dimulai dari pembelahan pada bagian dalam yang kemudian diikuti pembelahan pada
bagian luar. Proses ini melibatkan pengkerutan bagian dalam dan kemudian bagian
luar membran seperti ada yang menjepit mitokondria. Kemudian akan terjadi pemisahan
dua bagian mitokondria.
4.Kompartemen Enzim
Kurang lebih 100 enzim telah diidentifikasi berhubungandengan
mitokondria. Kira-kira 37% dari enzim-enzim tersebutadalah oksidoredoks, 11%
enzim ligase dan kurang dari 9%enzim hidrolase. Pada membran dalam, terdapat
suksinat dehidrogenase yang merupakan enzim maker, enzim-enzim transfer elektron dan fosforilasi oksi-datif
berasosiasi dengan membran dalam.
1.
Membran luar
a. NADH Sitokrom c
b. Oksidoreduktase
c. Sitokrom b
d. Asil Ko-A sintase
e. Monoamin oksidase
f. Kynurenin Hidroksilase
2.
Ruang Antarmembran
a. Krealu kinase
b. Adenilat kinase
3.
Membran dalam
Membran dalam memeliki struktur yang
mengelilingi matriks yang berisi cairan, kemudian embentuk suatu lekukan ke
dalam matriks ke dalam kista.
a. NADH dehidrogenase
b. Suksinat dehidrogenase
c. Sitokrom c reduktase (juga dikenal sebagai
sitokrom b-c1)
d. Sitokrom c oksidase
e. ATP sintase
f. Sitokrom b,c dan a3
g. Piruvat oksidase
h. Karnitin Asil transferase
i.
B-hidroksibutirat transferase dan B-hidroksipropionat
dehidrogenase
4.
Matriks
Matriks mengandung sekumpulan enzim
yangmerupakan mediator reaksi siklus asam trikarboksilat (TCA) danberkaitan
dengan sintesis protein dan asam nukleat. Enzim-Enzim tersebut diantaranya
adalah:
a.
Sitrat sintetase
b.
Aconitase
c.
Isositrat dehidrogrnase
d.
Fumarese
e.
Malat dehirogenase
f.
Glutamat Dehidrogenase
g.
Aspartat amino transferase
h.
Kompleks piruvat deidrogenase
i.
Enzim sintests protein dan asam nukleat
j.
Enzim oksidase asam lemak
Semua
enzim-enzim TCA bebas di dalam matriks kecuali suksinatdehidrogenase, yang
merupakan satu komponen membrandalam. Jadi untuk piruvat, dioksidasi sempurna
menjadi CO2 dan H2O di dalam matriks. Metabolisme
suksinat harus mengadakan kontak dengan membran dalam sebelumdioksidasi menjadi
fumarat.
5.Fungsi Mitokondria
1.Glikolisis
Respirasi seluler merupakan rangkaian
peristiwa yangberlangsung melalui pemecahan glukosa menjadi asam piruvat,perubahan
asam piruvat menjadi asetil KoA, daur krebs danrantai pernapasan. Walaupun
glikolisis berlangsung di dalamsitoplasma, namun sebagai rangkaian dari proses
respirasiseluler, maka pada uraian berikut ini juga akan dibahasmengenai
glikolisis.Glikolisis adalah proses penguraian molekul heksosayang memiliki
enam atom karbon dan berlangsung secaraenzimatis untuk menghasilkan dua molekul
asam piruvat yangmemilki tiga atom karbon. Glikolisis merupakan jalur utama
darikatabolisme glukosa yang berlangsung di dalam sitoplasma selhewan, sel
tumbuhan dan sel mikroba (Lehninger, 1994).Glukosa dapat diperoleh melalui
pemecahan polisakaridaseperti pati dan glikogen melalui kerja enzim
fosforilase.Disakarida seperti sukrosa dan maltosa dihidrolisis olehsakarose menghasilkan
monosakarida.
Pemecahan glukosa
menjadi dua molekul piruvatberlangsung melalui 11 tahapan reaksi. Glikolisis dapat dibagimenjadi dua fase yaitu (i) fase persiapan,
dan (ii) fase produksi energi dalam bentuk ATP. Fase persiapan terdiri atas
limatahapan reaksi. Heksosa lain seperti D-fruktosa, D-Galaktosa,dan D-mannosa dapat masuk ke dalam fase
persiapan glikolisissetelah mengalami fosfo-rilasi. Fase produksi energi "berlangsung melalui lima tahapan reaksi berikutnya. Dalamperistiwa ini dihasilkan 4 molekul ATP.Pada
tahap awal glikolisis, glukosa diubah menjadifruktosa 1,6 bifosfat dengan
memanfaatkan dua molekul ATP.Fruktosa 1,6 bifosfat dipecah menjadi 2 molekul
senyawa 3 Cyaitu dihidroksi aseton fosfat dan gliseraldehida 3 fosfat
yangkeduanya merupakan isomer gliseraldehida 3 fosfat.Selanjutnya mengalami
reaksi dengan Pi kemudian diikutidengan reaksi reduksi pembentukan NADP dari
NAD danterbentuk asam 1,3 difosfogliserat.
Selanjutnya mengalami perubahan melalui
pembentukansenyawa-senyawa intermediate secara berturut-turut yaitu:Asam 3
fosfogliserat, asam 2 fosfogliserat, fosfoenol piruvat dan asam piruvat. Pada
perubahan asam 1,3 difosfogliseratmenjadi 3 fosfogliserat dan dari fosfoenol
piruvat menajdi asampiruvat dirangkaikan dengan pembentukan ATP dari ADP danPi
yang dilepaskan. Seluruh reaksi perubahan glukosasehingga terbentuk asam
piruvat melibatkan berbagai enzimsesuai substrat yang bereaksi. Seluruh
rangkaian respirasimenghasilkan 2 molekul ATP dan 2 NADPH.Selama berlangsungnya
glikolisis , terdapat tiga jenistransformasi kimia yang berbeda, yaitu:
a. Pemecahan kerangka karbon glukosa
menghasilkanasam piruvat.
b. Fosforilasi ADP menjadi ATP oleh senyawa
fosfatberenergi tinggi yang dibentuk selama glikolisis.
c. Pemindahan atom hidrogen atau
elektron.Menurut Sheeler dan Bianchii (1983), ada empat ciriutama gliklisis,
yaitu:
d. Gula pertama menglami dua kali fosforilasi.
Padagula seperti glukosa, fruktosa dan mannosamembutuhkan dua molekul ATP per
molmonosakarida. Sedangkan gula yang diturunkan dariglikogen atau pati, hanya
membutuhkan satu molATP permol glukosa equivalen. Jadi fosfat
anorganikdibutuhkan selama fosforilasi polisakarida.
e. Gula difosfat berkarbon enam dipecah oleh
enzimaldolase menghasilkan gliseraldehida-3-fosfat dandihidroksi aseton fosfat
(DHAP) yang masing-masingberatom karbon tiga. Selanjut-nya DHAP diubahmenjadi
gliseraldehida-3-fosfat.
f. Oksidasi dan fosforilasi subtrat yang utama
dikatalisisoleh enzim gliseraldehida-3-fosfat dehidrogenase. 2mol hidrogen
dilepaskan per mol subtrat dan reduksidua mol koenzim NAD
g. Pada reaksi yang samafosfat an organik
digabungkan ke asam.
h. Tahap akhir glikolisis. Mlekul-molekul
intermediatemengalami defosforilasi yang diikuti denganpembentukan ATP
2.Dekarboksilasi Oksidatif
Dekarboksilasi Oksidatif atau disingkat dengan DO adalah proses
Perubahan Piruvatmenjadi Asetilkoezim – A. Proses ini berlangsung karboksilasi Oksidatif ini di membran luar
mitocondria sebagai fase antara sebelum Siklus Krebs (Pra Siklus Krebs)
sehingga DO sering dimasukkan langsung dalam Siklus krebs. Reaksi oksidasi piruvat hasil glikolisis menjadi asetil koenzim-A,
merupakan tahap reaksi penghubung yang penting antara glikolisis dengan jalur
metabolisme lingkar asam trikarboksilat (daur Krebs). Reaksi yang
diaktalisis oleh kompleks piruvat dehidrogenase dalam matriks mitokondria
melibatkan tiga macam enzim (piruvat dehidrogenase, dihidrolipoil
transasetilase, dan dihidrolipoil dehidrogenase), lima macam
koenzim (tiamin pirofosfat, asam lipoat, koenzim-A, flavin adenin
dinukleotida, dan nikotinamid adeninedinukleotida) dan berlangsung dalam lima
tahap reaksi.
Keseluruhan reaksi dekarboksilasi ini irreversibel, dengan ∆ G 0 =
- 80 kkal per mol. Reaksi ini merupakan jalan masuk utama karbohidrat
kedalam daur Krebs. Tahap reaksi pertama dikatalis oleh piruvat dehidrogenase yang
menggunakan tiamin pirofosfat sebagai koenzimnya. Dekarboksilasi piruvat menghasilkan senyawa α-hidroksietil yang
terkait pada gugus cincin tiazol dari tiamin pirofosfat.
Pada tahap reaksi kedua α-hidroksietil didehidrogenase menjadi
asetil yang kemudian dipindahkan dari tiamin pirofosfat ke atom S dari koenzim
yang berikutnya, yaitu asam lipoat, yang terikat pada enzim dihidrolipoil
transasetilase.
Dalam hal ini gugus disulfida dari asam lipoat diubah menjadi
bentuk reduksinya, gugus sulfhidril. Pada tahap reaksi ketiga, gugus asetil
dipindahkan dengan perantara enzim dari gugus lipoil pada asam dihidrolipoat,
kegugus tiol (sulfhidril pada koenzim-A).
Kemudian asetil ko-A dibebaskan dari sistem enzim kompleks piruvat
dehidrogenase. Pada tahap reaksi keempat gugus tiol pada gugus lipoil yang
terikat pada dihidrolipoil transasetilase dioksidasi kembali menjadi bentuk
disulfidanya dengan enzim dihidrolipoil dehidrogenase yang berikatan dengan FAD
(flavin adenin dinukleotida).
Akhirnya (tahap reaksi kelima) FADH + (bentuk reduksi dari FAD)
yang tetap terikat pada enzim, dioksidasi kembali oleh NAD + (nikotinamid
adenin dinukleotida) manjadi FAD, sedangkan NAD + berubah menjadi NADH (bentuk
reduksi dari NAD +).
3. Siklus Kreb’s
Siklus krebs
merupakan tahap kedua respirasi aerob. Nama siklus ini berasal dari nama orang
yang menemukan reaksi tahap kedua respirasi aerob ini, yaitu Hans Krebs. Siklus
ini disebut juga siklus asam sitrat. Siklus krebs diawali dengan adanya 2
molekul asam piruvat yang dibentuk pada glikolisis yang meninggalkan sitoplasma
masuk ke mitokondria.Sehingga, siklus krebs terjadi di dalam mitokondria.
Tahapan siklus krebs adalah sebagai berikut:
a. Asam piruvat dari proses glikolisis,
selanjutnya masuk ke siklus krebs setelah bereaksi dengan NAD+ (Nikotinamida
adenine dinukleotida) dan ko-enzim A atau Ko-A, membentuk asetil Ko-A. Dalam peristiwa
ini, CO2 dan NADH dibebaskan. Perubahan kandungan C dari 3C (asam piruvat)
menjadi 2C (asetil ko-A).
b. Reaksi antara asetil Ko-A (2C) dengan asam
oksalo asetat (4C) dan terbentuk asam sitrat (6C). Dalam peristiwa ini, Ko-A
dibebaskan kembali.
c. Asam sitrat (6C) dengan NAD+ membentuk asam
alfa ketoglutarat (5C) dengan membebaskan CO2.
d. Peristiwa berikut agak kompleks, yaitu
pembentukan asam suksinat (4C) setelah bereaksi dengan NAD+ dengan membebaskan
NADH, CO2 dan menghasilkan ATP setelah bereaksi dengan ADP dan asam fosfat
anorganik.
e. Asam suksinat yang terbentuk, kemudian
bereaksi dengan FAD (Flarine Adenine Dinucleotida) dan membentuk asam malat
(4C) dengan membebaskan FADH2.
f. Asam malat (4C) kemudian bereaksi dengan NAD+
dan membentuk asam oksaloasetat (4C) dengan membebaskan NADH, karena asam
oksalo asetat akan kembali dengan asetil ko-A seperti langkah ke 2 di atas.
Dapat
disimpulkan bahwa siklus krebs merupakan tahap kedua dalam respirasi aerob yang
mempunyai tiga fungsi, yaitu menghasilkan NADH, FADH2, ATP serta membentuk
kembali oksaloasetat. Oksaloasetat ini berfungsi untuk siklus krebs
selanjutnya. Dalam siklus krebs, dihasilkan 6 NADH, 2 FADH2, dan 2
ATP.
4. Fosforilasi Oksidatif
5. Mekanisme Shuttle
Ada perbedaan
dalam hasil akhir pembentukan ATP pada proses respirasi. Proses respirasi yang
berlangsung pada mitokondria di hati, ginjal, dan mitokondria jantung
menghasilkan 38 ATP untuk satu molekul glukosa yang dipecah, karena tahap akhir
respirasi aerob yaitu rantai transpor elektron berlangsung melalui sistem ulang-alik malat aspartat.
Sistem ulang-alik lain adalah ulang-alik
gliserol-phosphat. Sistem ini hanya menghasilkan 36 ATP untuk tiap mol
glukosa, dan berlangsung di otot rangka dan otak. Apa bedanya?
Proses
respirasi aerob menghasilkan senyawa antara berupa NADH. Glikolisis
menghasilkan NADH yang sering disebut NADH sitosol, karena proses tersebut
berlangsung pada sitosol. Dekarboksilasi oksidatif dan Daur Krebs menghasilkan
NADH matriks, karena proses tersebut berlangsung pada matriks mitokondria.
Dalam rantai transpor elektron, NADH akan dioksidasi ulang dan pada akhir
reaksi akan menghasilkan ATP dan H2O. Pada kenyataannya, membran mitokondria
tidak permeabel terhadap NADH sitosol. Dengan sederhana dikatakan: NADH sitosol
tidak dapat masuk ke dalam mitokondria untuk mengalami oksidasi ulang pada
rantai transpor elektron.
Suatu cara
yang berlangsung dengan cerdik telah diketahui. NADH sitosol dapat masuk ke
dalam mitokondria secara tidak langsung melalui sistem ulang-alik malat-aspartat.
Prosesnya sebagai berikut: NADH sitosol melepaskan H+ dan ditangkap oleh
oksaloasetat sehingga berubah menjadi malat, yang kemudian masuk ke dalam
mitokondria dengan bantuan sistem transpor malat-a-ketoglutarat yang terdapat
pada membran mitokondria. Di dalam matriks mitokondria, malat akan melepaskan
ion H+ yang akan diterima oleh NAD sehingga tereduksi menjadi NADH, dan
selanjutnya NADH akan dioksidasi ulang melalui rantai transpor elektron.
Sementara itu malat yang telah melepaskan ion H+ berubah kembali menjadi
oksaloasetat. Karena membran mitokondria tidak permeabel terhadap oksaloasetat,
maka oksaloasetat dipecah menjadi a-ketoglutarat dan aspartat melalui reaksi
dengan glutamat. Aspartat keluar dari dalam matriks ke sitosol melalui sistem transpor
glutamat-aspartat yang juga terdapat pada membran mitokondria, sedangkan
a-ketoglutarat keluar dari matriks melalui sistem transpor
malat-a-ketoglutarat. Di sitosol aspartat akan bereaksi dengan a-ketoglutarat
dan menghasilkan oksaloasetat dan glutamat untuk mengulangi siklus yang sama.
Berbeda dengan
sistem ulang-alik malat-aspartat, sistem ulang-alik gliserol-phosphat lebih
sederhana. Prosesnya sebagai berikut: NADH sitosol melepaskan ion H+ dan
diterima oleh dihydroxyacetonphosphate hingga tereduksi menjadi
glycerol-3-phosphate. Glycerol-3-phosphate akan melepaskan ion H+ kepada FAD
sehingga tereduksi menjadi FADH, dan kembali berubah menjadi
dihydroxyacetonephosphate untuk mengulangi siklus yang sama. Ion H+ dari
FADH akan dipindahkan kepada ubikuinon sehingga tereduksi menjadi ubikuinon H
untuk selanjutnya memasuki rantai traspor elektron.
Kesimpulannya
adalah bila melalui sistem ulang-alik malat-aspartat NADH sitosol dapat masuk
ke dalam mitokondria untuk mengalami proses rantai transpor elektron dan
menghasilkan 3 ATP untuk setiap NADH yang
dioksidasi. Bila melalui sistem ulang-alik gliserol-phospat, NADH sitosol
dikonversi menjadi FADH lalu masuk ke dalam mitokondria untuk mengalami proses
rantai transpor elektron dan dihasilkan 2 ATP untuk setiap FADH yang
dioksidasi.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa mitokondria merupakan salah satu organel sel,
yang secara umum memiliki diameter 0,5 µm dan panjang 0,5 – 1,0 µm.
mitokondria terdiri dari empat bagian utama, yaitu membrane luar, membrane
dalam, ruang antar membrane, dan matriks yang terletak di bagian dalam
membrane. Fungsi utama dari mitokondria adalah sebagai tempat respirasi sel
untuk menghasilkan energi dalam bentuk ATP. Dalam mitokondria, terjadi proses
yang disebut respirasi seluler yang terdiri atas glikolisis, fermentasi,
dekarboksilasi oksidatif piruvat, dan siklus krebs.
3.2
Saran
Diharapkan kepada rekan mahasiswa untuk lebih mengenal dan
memahami mitokondria seabagai penghasil energi sel.
DAFTAR PUSTAKA
Bawa, Wayan. 1988. Dasar-Dasar Biologi Sel. Jakarta : DepDikBud
Campbell, Neil A. 2008. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1. Jakarta : PT.
Gelora Aksara Pratama,Erlangga.
Djohar, M.S. 1983. Biologi Sel I. Yogyakarta : UNY Press.
Juwono dan achmad Zulfa Juniarto. 2000. Biologi Sel. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Nugroho, Hartanto dan Issirep Sumardi. 2004. Biologi Dasar. Jakarta :
Penebar Swadaya.
Reksoatmodjo, S. M. Issoegianti. 1993. Biologi Sel. Yogyakarta :
Depdikbud.
Suryani, Yoni. 2004. Biologi Sel dan Molekuler. Yogyakarta : JICA
Online Casino | Karangpintar - Kadangpintar
BalasHapusOnline Casino kadangpintar Karangpintar.com 샌즈카지노 is 바카라 a popular and reliable online casino for people in Singapore, India, Singapore, Singapore and Brunei.